Besar, Kuat dan Pantang Menyerah Seperti Gajah

Minggu, 24 Januari 2016

Bersama Raya


1.     Aku

Aku Airin. Airin Mutiara Dewi. Mutiara dinama tengah ku diberikan ibu, katanya agar aku menjadi wanita yang cantik seperti mutiara. Padahal aku tau ceritanya dari ayah, kalau mutiara dinama tengah ku itu diberikan ibu karena waktu ibu hamil, dia ngidam ingin mempunyai mutiara. Untung saja ayahku bisa memberikannya. Kalau tidak, mungkin sekarang aku menjadi anak yang suka ngeces karena keinginan ibu tidak tercapai.
Tahun ini aku baru masuk SMA, setelah 9 tahun sekolah, akhirnya aku menggunakan seragam putih abu-abu juga. Yang kata orang, kenengan di SMA adalah kenangan yang terindah. 
Awal masuk SMA, seperti biasa diadakan Masa Orientasi Peserta Didik atau biasa disingkat dengan MOPD. Biasanya kalau MOPD masih memakai seragam SMP dan disuruh bawa makanan yang dikasih tau lewat teka-teki, kalau tebakan kita salah, habis sudah dimarahi oleh kakak kelas.
Waktu itu aku salah menebak teka-teki yang diberikan oleh kakak kelas, akhirnya aku dihukum menari dilapangan dengan beberapa teman ku yang salah juga. Untung saja aku tidak sendiri, sampai aku sendiri mungkin setelah itu aku memakai masker selama bersekolah disitu, sumpah aku malu sekali. Masa MOPD berlangsung selama 3 hari, tapi kenangannya sangat membekas.Akhirnya, aku memakai seragam putih abu-abu, seperti ada rasa bangga tersendiri.
Sekolah disini sangat seru, aku mendapatkan banyak teman. Tapi, ada 1 orang yang mengganguku, namanya Raya. Dia adalah anak kelas 11 dan anggota OSIS, jadi aku sudah melihatnya waktu MOPD kemarin, tapi baru mengganggunya sekarang. Sebenarnya sih dia tidak galak atau jahat, hanya saja dia sering memanggil ku. Mungkin karena waktu MOPD dulu, disuruh membuat surat cinta dan surat benci, dan salahnya aku memberi surat cinta itu ke dia. Padahal waktu itu, aku tidak suka padanya tapi karena dia lucu saja.
Saat aku sedang jajan dikantin dia menghampiri ku yang sedang sendiri dan duduk tepat didepan ku.
“Sendiri aja?” katanya polos.
“Menurut kakak?”
“Sendiri doang.”
“Iya.” Ingin rasanya aku berkata, “Kalau aku ga duduk sendiri, kamu ga bisa seenaknya duduk disitu.” Tapi karena aku adik kelasnya, aku urungkan niat itu.
“Aku juga tau, aku duduk disini juga ya?”
“Dari tadi juga kan kakak udah duduk disitu, ga usah minta izin lagi.” Jawab ku rada sebel.
“Kamu yang waktu MOPD ngasih aku surat cinta kan?”
“I...iiiya kak, kenapa?” Sebenernya aku mulai takut dengan orang ini.
“engga apa-apa sih, berarti kamu suka sama aku dong?” Tanyanya polos.
Pertanyaan menjebak yang mematikan, bagaimana tidak. Kalau aku jawab iya, hidup ku disekolah selama 3 tahun kedepan bakal tidak nyaman, karena pasti nanti banyak yang membully ku dibilang sok cantik, maklum dia anak kelas 12 yang lumayan populer. Tapi, kalau aku jawab tidak, pasti dia bakal menganggu ku seperti ini terus.
“Ga tau deh ka.” Jawabku singkat
“Ayolah jawab, atau kamu malu?”
“Raya” Tiba-tiba ada yang teriak memanggil namanya, oh my god ternyata teman-temannya dari kelas 12 yang memanggil. Aduh, bisa habis aku nanti diledekin sama temen-temennya.
“oyyy, ntar dulu tunggu.” Lalu dia pergi meninggalkan ku, tapi sebelumnya dia bilang sesuatu.
“Nanti kita lanjut ya ngobrolnya, oh iya kalau kamu misalnya suka sama aku, aku juga sama suka sama kamu.”
            Deg, tiba-tiba perasaanku berdegup lumayan cepat. Aku tak menyangka, mendengar itu, cowo populer disekolah suka sama aku, adik kelas bau kencur yang tidak terkenal. Tapi jujur aku lumayan senang, walaupun aku tidak tau ini suka atau bukan.
            Sebenernya aku tidak terlalu mengetahui tentangnya, tapi aku sering mendengar cerita dari para murid lain, katanya ka Raya itu playboy. Sebenernya sih sah-sah saja kalau itu memang terjadi, toh nyatanya dia memang tampan, pintar, dan pandai olahraga. Wanita mana yang tidak menyukainya? Tapi sayangnya aku masuk dalam pengecualian.
            Tak berapa lama bel berbunyi, aku segera memasuki kelas. Karena pelajaran Bu Yani akan segera dimulai, dia terkenal sangat galak padahal ku tau dia hanya ingin membuat muridnya menjadi disiplin.
            Setelah pelajaran Bu Yani usai, waktunya pulang kerumah. Aku jadi teringat ucapan Kak Raya dikantin tadi, apa maksudnya ya? Pasti dia hanya iseng membuat aku kegeeran. Dia pikir aku sama dengan cewe lain yang klepek-klepek dengannya, enak saja aku berbeda tau.
“Irin, ayo pulang, bengong aja.” Colek Angel mengagetkan ku
“Siapa yang bengong? Ayo pulang, cepetaaaan.”
“Yey, dasar gila.”
            Aku dan Angel kebetulan sejalan, dan kebetulan juga kami satu kelas, sebangku juga lagi. Angel itu ada keturunan bulenya, ya dia blasteran gitu. Ayahnya Belanda, Ibunya Bandung, jadi wajah Angel lumayan cantik disekolah kami. Cukup membuat cowok satu sekolah mengejar-ngejarnya.
“Heh, rin, kamu tau ga? Tadi ada yang  nembak aku.”
“Siapa?” Tanya ku luamayan terkejut.
“Kak Hengki, temennya Kak Raya itu.” Jawabnya pelan.
“Kak Hengki? Terus kamu jawab apa? Jangan bilang kalau diterima.”
“Ehmmm... Aku terima.”
“Angelll, kamu itu baru kelas 10 udah nerima jadi pacarnya senior aja. Udah gitu yang jadi pacar kamu sekarang itu KAK HENGKI, dia itu banyak yang suka. Jangan sampai, nanti kamu dilabrak sama fans-fansnya dia.”
“Airin kamu terlalu berpikir panjang, engga sampai segitunya juga. Tenang aja, kejadian itu ga bakal terjadi. Kalau sampai terjadi juga kan ada Kak Hengki.”
“Tau ah, terserah kamu aja.”
            Sepanjang perjalanan aku dan Angel saling diem-dieman, sebenernya aku kesel sama Angel. Dia kan baru kenal Kak Hengki tiga bulan, terus main terima-terima aja. Apalagi Kak Hengki itu temennya Kak Raya, aku makin tidak setuju saja. Tapi ingat, aku tidak cemburu kepada mereka!
            Setelah lama perjalanan, akhirnya aku sampai juga dirumah. Aku berpamitan kepada Angel, karena rumah Angel berselang 4 rumah dari rumahku.
“Aku sampai duluan, hati-hati yaa.”
“Iya, dah Airin.”
            Aku langsung masuk kekamar, tiduran untuk menenangkan pikiran, pikiranku hari ini kacau. Oh iya, tadi kan yang manggil Kak Raya pas dikantin itu Kak Hengki, terus Airin ditembak Kak Hengki juga hari ini. Wah, ternyata mereka udah janjian. Kalau kamu tau perasaanku sekarang, pasti kamu juga ikut kesal, percayalah.
--oo--

2.    Apa yang Terjadi?

Entah kenapa pagi ini ibu tidak membangunkan ku, suara Kak Damar juga tidak terdengar, padahal biasanya dia membangunkan ku, kalau aku telat bangun. Langsung aku bergegas ke kamar mandi, menyiapkan buku pelajaran hari ini, dan keluar kamar. Ternyata rumahnya kosong, ada surat diatas meja makan. Itu tulisan ibu!
Airin, sebelum berangkat sekolah kamu sarapan dulu ya, sarapannya sudah ibu siapkan. Oh iya, ayah dan ibu pergi ke rumah Paman yang ada di Bandung, anaknya sedang sakit. Kalau Kak Damar nanti sore juga pulang.
“Ah ibu, kenapa ga bilang dari kemarin sih?” Oceh ku
            Langsung aku mengambil roti yang sudah dibuatkan oleh ibu, memakai sepatu dan pergi kesekolah dengan sedikit berlari, 15 menit lagi pintu gerbang tertutup, sementara jaraknya lumayan masih jauh, tukang ojek juga ga ada. Ah, tuhan tolong aku.
            Saat aku sedang berlari, ada motor yang mnyesuaikan jalannya dengan kecepatan lariku. Aku tidak mengenalnya.
“Hai ai.” Suaranya aku tidak kenal.
“Ai...Ai...Ai.. Siapa sih?” Aku melihat wajahnya, ternyata Kak Raya! “Ngapain disini?”
“Mau berangkat sekolah, mau bareng ga?”
“Engga butuh.”
“Oh ya udah, padahal bentar lagi bel.” Dia mulai menggas motornya lebih cepat.
“Ehmmmm” Aku melihat jam tangan ku, sebentar lagi belnya berbunyi “Kak Raya, tunggu aku ikut.”
            Kamu tau tidak? Kak Raya mengendarai motornya sangat cepat. Aku memegang belakang motornya, sorry ya aku tidak mau memegang Kak Raya nanti dia kegeeran. Akhirnya sampai sekolah juga, dan benar saja pak satpam sudah siap-siap untuk meutup gerbang. Untung tidak telat.
“Makasih ka.”
“Sama-sama ya ai.”
“Jangan panggil ai!”
“Terserah aku, kamu masuk gih kekelas. Nanti ngobrolnya kita lanjut pas istirahat ya.’
“Aneh.”
“Dadah aiii.”
            Aku masuk dan duduk dimeja dekat jendela yang menuju kearah lapangan. Kebetulan kelas ku ada dilntai 2 sehingga aku bisa melihat seluruh lapangan.  Disana banyak murid-murid yang sedang bermain, pasti guru mereka belum datang jadi mereka bisa bermain bebas, berlari kesana-kesini.
            Tak lama Pak Yadi guru geografi datang, seketika kelas yang berisik menjadi tenang. Ketua kelas memimpin doa dan pelajaran pun dimulai. Ku lihat sekeliling, mereka sibuk dengan kegiatannya masing-masing,  hanya sedikit yang memperhatikan Pak Yadi. Begitu juga Angel, dia sedang sibuk memainkan handphonnya, entah dia sedang chattan dengan siapa, mungkin saja Kak Hengki.
            Aku memalingkan pandangan keluar jendela, ada kelas 11 IPS 3 sedang berolahraga. Mereka sedang latihan bermain basket, dan yang tepat berada didepan ring sekarang adalah Kak Raya. Dia mencoba menshoot bolanya dan masuk, tawanya yang memiliki ciri khas langsung tergambar diwajahnya.
            Sebenarnya kalau dilihat-lihat Kak Raya itu tampan, ditambah dia jago main basket. Jujur aku menyukainya, tapi kalau dia tidak mengganguku. Dan disitu juga ada Kak Hengki, tapi dia tidak ikut bermain dengan Kak Raya. Dia malah main Handphone, aku tau pasti temen chatnya Angel itu dia. Aku tambah kesel dengannya!
            Aku mengalihkan pandangan lagi kedalam kelas, sama dengan yang tadi. Masih membosankan. Ketika aku memandang keluar lagi, aku cukup terkejut. Kamu tau kenapa? Kak Raya berdiri ditengah lapangan kearah ku, dia senyum-senyum sambil bergoyang dumang bersama dengan teman-temannya tanpa suara, yang waktu itu cukup boming. Itu sangat menghibur, ketika mereka sedang bergoyang tiba-tiba mereka dimarahi dengan guru olahraganya. Mereka berlarian, berhamburan begitu juga dengan Kak Raya. Aku tertawa memperhatikannya.
            Tak terasa jam pelajaran pun berganti, aku izin ketoilet ditemani dengan Angel. Aku melewati kelas 11 IPS 3, kelasnya Kak Raya. Dia duduk dibangku dua dari belakang, tangannya menopang dagu, aku tebak pasti dia kelelahan karena diuber oleh gurunya.
“Rin, kamu pas pelajaran geo, kenapa senyum-senum?” tanya airin
“Kamu emang ga liat ya?”
“Engga, kenapa emang?”
“Ada deh, rahasia. Balik kekelaslah yuk..”
            Rasanya aku tidak mau menceritakan kebahagian itu ke Angel, aku malu. Pelajaran selanjutnya sosiologi, aku suka dengan pelajaran ini. Jadi tidak terasa bel istirahat sudah berbunyi.
“Airin, mau ke kantin ga?” Tanya Dewo
“Engga wo, aku dikelas aja ada yang mau dikerjain dulu.”
“Ada yang mau dititip?”
“Engga, makasih.”
“Oke.”
            Dewo dan teman-temannya pergi kekantin. Meninggalkan aku dan 4 orang lainnya dikelas, aku tidak terlalu akrab dengan mereka, jadi aku tidak mengobrol. Kalau sekedar basa-basi sih masih aku lakukan. Aku hanya menulis beberapa cerita yang aku buat sendiri, tiba-tiba ada yang menyenggolku.
“Hai ai.” Sapanya, tanpa perlu aku melihat wajahnya juga aku tau ini siapa.
“Hai kak.” Sapa ku juga
“Kok ga kekantin sih? Aku kan udah bilang lanjut ngobrol dikantin aja.”
“Engga ah males, eh iya ini aku bawain makanan dari kantin. Aku tau kamu pasti suka banget, soalnya tadi aku nanya ketemen kamu yang rada bule itu.” Dia memberikan semangkok bakso langgananku dikantin.
“Ga dikasih racun kan?”
“Enggalah, kalau kamu punah nanti ga ada penyemangat aku buat disekolah lagi.”
“Hahaha makasih ya kak.”
“Iya sama-sama.”
“Aku makan ya?”
“Iya abisin aja, sama mangkok-mangkoknya.”
“Kak” jawabku sinis
“Bercanda hehehe, tadi kamu liat aku ga?”
“Liat, kamu kaya orang gila tau kak.”
“Iya? Hahaha ga pa pa lah yang penting kamu terhibur.”
“Aku?”
“Iya kamu, tadi pas lagi olahraga aku liat kamu mandang keluar jendela bosen banget. Jadi aku pengen ngehibur kamu.”
“Ga usah sampai kaya gitu kali kak.”
“ga apa apa aku seneng.”
“Aku juga, makasih ya kak.”
“Kamu udah jinak, ga marah-marah lagi.” Suaranya lumayan terdegar kencang dan menjadi perhatian dikelas.
“Shutttttt.” Aku menaruh telunjuk di depan bibirku, mengisyaratkan jangan berisik.
“Maaf, maaf” Dia meminta maaf kepada yang melihatnya “Nanti pulang bareng aku yaa?”
“Engga, aku pulang sama Angel.”
“Ya udah berangkatnya sama aku.”
“Ga tau deh”
“Aku pastiin kamu pasti bakal berangkat bareng aku lagi.”
*kriiiiiinggggg* Bel masuk berbunyi
“Sana masuk kelas, nanti ada guru.” Sebenarnya sih aku tidak mau mengusirnya.
“Makanya kamu cepet makannya, nanti pakde Ndut nyariin mangkoknya.” Pakde Ndut itu yang berjualan bakso disekolah.
“Oh iya, nih makasih.” Aku membalikan mangkok yang tadi tempat bakso.
“Iyaaa, daaah..” Dia segera keluar kelasku.
            Aku tidak habis pikir kepadanya, padahal awal-awal aku udah galak sama Kak Raya. Tapi, dia masih aja betah dekat-dekat dengan ku, aku merasa bersalah sebenernya. Mulai sekarang aku tidak galak lagi deh Kak, aku janji!
            Sepulang sekolah seperti biasanya, aku pulang dengan Angel jalan kaki. Sebenernya sih bisa aja kalau mau naik angkot, tetapi aku lebih memilih jalan kaki lewat perkampungan. Udaranya sejuk.
“Kata anak-anak tadi Kak Raya dateng kekelas ya?”
“Iya.”
“Bawa bakso juga?”
“Iya, kamu yang ngasih tau kan?”
“Hahaha maaf ya rin, abis dia maksa banget nanyanya.”
“Oh ya? Kaya gimana?” Tanya ku
“Dia bilang ‘Angel pacarnya Hengki makanan kesukaan Airin apa sih?’ kamu tau ga? Suaranya tuh kenceng banget, aku malu diliatin anak-anak.”
“Hahaha terus?”
“Terus di bilang lagi ‘Kalau kamu kasih tau, aku doain hubungan mu sama Hengki awet’ hahaha jadi ya aku kasih tau aja kamu suka bakso Pakde Ndut.”
“Dasar Kak Raya aneh.”
“Kamu suka kan sama dia?”
“Enggaaa.”
“Bohong, nanti kalau kalian berdua pacaran aku jangan lupa traktir ya.”
“Dih engga lahhh.”
            Aku hanya senyum-senyum sendiri mengingatnya, apa lagi yang dilakukan Kak Raya dilapangan. Aku senang Kak.


--oo--

            Bersambung, tunggu lanjutannya yaa. Cerpen pertama gua yang panjang, semoga kalian pada suka. Niatnya tuh mau dikasih animasi orang-orangnya, tapi apalah daya gua lemah dalam hal seni lukis-melukis. Kasih sarannya juga dikolom komentar, makasih. Selamat Menikmati!
32

Sabtu, 09 Januari 2016

Selamat Datang Kembali, Rutinitas.


            Awal masuk sekolah setelah libur 3 minggu itu, aneh banget. Banyak rutinitas yang biasa gua lakuin, terus gua tinggalin selama 3 minggu, dan dilakuin lagi, butuh penyesuaian banget. Kaya misalnya kalau libur mau tidur jam berapa aja juga boleh, bangun siang asal kuping kuat omelan mah jabanin, ga mandi seharian bodo amat, yang dibuka laptop update blog sesuka hati. Sekarang semua menghilang, sumpahh ini gondok banget. Semua jadi kembali keawal, serba teratur.
            Setelah memasuki semester genap itu ujian sendiri buat anak dipenghujung sekolah, misalnya anak kelas 12 kaya gua gini. Semua tugas membebankan pikiran semua, mulai dari tugas sehari-hari yang numpuk, ujian praktek, les, TO, UN, sampai SBMPTN yang menghantui. Horror parah. Apalagi kalau misalnya lu masih galau urusan jurusan, itu semua amat sangat menyita waktu dan pikiran.
            Waktu yang biasanya digunain untuk nulis kaya gini, perlahan-lahan mulai menghilang. Pokoknya jadi susah ngelakuin hobi sendiri. Maka dari itu, gua mau izin misalnya lama ga update di Basecamp Gajah tercintah inihhh, bukan gua mau absen atau menghilang selama berbulan-bulan dan entah pergi kemana bersemedi mencari jodoh yang hilang *apalah. Gua ga sejahat itu ninggalin blog yang gua urus sendiri, gua usahain paling dikit 2 minggu gua nge-post 1x. Ya walau viewers gua ga banyak-banyak amat, tapi ku kan terus berjuanglah.
            Tunggu sampai waktunya tiba, gua bakal sering ngepost dan banyak cerita sama kalian. Walaupun cuma dikit yang baca, tapi seengganya gua puas, emosi gua teralirkan seluruhnya *bakal lebih puas kalau yang baca banyak* Makanya doain tugas gua, cepet kelar, cape gini terus.

            Sekianlah cerita random ini berakhir. Bagi kalian yang sudah lelah membaca, silahkan matikan handphone lalu lekas tidur, tetapi bagi kalian yang tidak lelah silahkan membaca cerita saya yang lalu sampai anda lelah lalu tidur, makasih...
0