To:
Fariz
‘Kalau misalnya
aku suka sama kamu gimana?’
Malam ini perasaan Rani sangat tidak
karuan, dia menyukai orang yang dikenalnya hampir 1 tahun, Fariz namanya. Rani
dan Fariz bertemu lewat website di internet. Awalnya, mereka mengobrol mengenai
perbedaan sudut pandang, pendapat tentang kehidupan, dll. Kenapa berbeda?
Karena Fariz yang Rani suka adalah seorang santri disalah satu pesantren
didaerah Jawa Tengah, sedangkan Rani sendiri adalah siswi SMA didaerah Jawa
Barat.
Awal perkenalan, mereka banyak bercerita
tentang perbedaan antara keduanya. Rani mengetahui bagaimana kehidupan di Pesantren
dari Fariz. Bagaimana cara belajar, kegiatan yang dilakukan, sampai
ekstarkulikuler yang ada, begitu juga
dengan Fariz. Pembicaraan itu pun tidak hanya disitu saja, kadang mereka juga
menanyakan kabar, atau hanya sekedar berbasa-basi untuk mengobrol.
Pesan yang Rani kirim tidak dibalas
oleh Fariz, satu jam, dua jam, dan seterusnya. Mungkin Rani mengatakan
perasaannya di saat yang tidak tepat. Karena, sudah beberapa hari terakhir ini
Fariz tidak menghubunginya. Rani tidak tau apa yang terjadi, tapi sudahlah tak
apa bila perasaannya memang tak terbalas, ia terima.
--o0o--
Fariz yang Rani kenal adalah seorang
lelaki yang baik, mereka memang belum pernah bertemu, tapi dia yakin Fariz
bukan orang yang jahat. Waktu itu memang pernah Fariz mengajaknya bertemu saat
dia sedang mengunjungi kota Rani dan waktu itu sedang bulan puasa. Jujur, Rani
merasa gugup begitu juga senang. Dia ingin sekali bertemu dengan orang yang
dikenalnya hanya sebatas teks dan suara. Dia ingin berbincang langsung tanpa
ada penghalang. Ya, Rani memang ingin melakukan itu. Tanpa berpikir panjang diterima
ajakan Fariz, walaupun saat itu dia sedang tidak dirumahnya. Yang artinya
mereka bebrbeda tempat lagi.
Janji sudah ditentukan bertemu pukul berapa, akan pergi kemana,
semuanya sudah tersusun rapi. Waktu itu Rani sangat ingat mereka ingin bertemu
pada hari Senin dibulan Ramadhan. Dia pulang ke rumahnya Minggu malam. Rani tidak
bisa tidur membayangkan orang yang selama ini ditemuinya menggunakan perantara
‘Handphone ‘ bisa berdiri di hadapannya dan pergi bersama.
Sesudah sahur Rani menanyakan
kepastiannya, tapi tidak berbalas. Pikiran Rani saat itu positif, mungkin Fariz
sudah tertidur. Ia pun tak menanyakannya lagi. Hingga sampai siang tak ada
kabar dari Fariz, Rani mulai gelisah. Hingga muncul suatu pesan singkat dari
Fariz dan bilang kalau dia tidak bisa menepati janjinya itu.
From:
Fariz
‘Hari ini aku ga
bisa ketemu kamu, maaf ya.’
Perasaan Rani mulai kacau, ia sedih.
Perasaannya hancur, mungkin satu pesan itu tidak penting. Tapi, Rani sudah
banyak berharap.
To: Fariz
‘Oh ya udah, bisa
lain waktu.’
Walaupun kecewa Rani tidak mau
menunjukan kekecewaannya ke Fariz, dia bersikap seolah-olah tak terjadi
apa-apa. Rani tidak menanyakan kenapa Fariz membatalkannya, mungkin dia kecewa
dengan apa yang telah terjadi. Fariz pun tak ada sikap untuk menjelaskan
mengapa itu terjadi dan setelah itu tak ada pesan masuk lagi yang diartikan
oleh Rani itu selesai.
--o0o--
Sebulan telah lewat setelah kejadian
itu, Fariz tidak menghubunginya lagi. Rani kecewa, bahkan saat lebaran pun tak
ada satu pesan masuk dari Fariz untuk sekedar meminta maaf. Rani sudah berniat
untuk melupakan Fariz dari pikirannya, seperti apapun yang akan terjadi.
From: 08579876XXXX
‘Assalamualaikum,
gimana kabar kamu?’
Pesan masuk dari nomer yang tidak
dikenal. Jadi, Rani juga hanya membalas sekenanya. Dia pun tidak
mempedulikannya, ditinggal handphonenya lalu kembali membantu ibu. Setelah
sekian lama, Rani kembali melihat layar handphone-nya, ada 2 pesan baru.
Fariz : ‘Ini aku Fariz, kamu lupa?’
Fariz : ‘Kamu lupa aku ya?”
Pesan itu sudah masuk sekitar 2 jam
yang lalu, berbeda 2 menit setelah Rani membalasnya. Apa yang diinginkan orang
itu? Datang begitu saja, Pikirnya dalam hati. Rani memang kecewa kepada Fariz,
tapi tetap saja dia membalasnya. Perasaan dan otaknya mengirimkan 2 sinyal yang
berbeda. Perasaannya mengatakan bahwa dia memang masih berharap pada Fariz,
tapi otaknya sudah mengatakan kalau Fariz itu jahat sudah menggatung
perasaannya begitu saja.
Tak butuh berapa lama lagi Rani
langsung membaca pesan dari Fariz, Orang yang dia tunggu akhirnya kembali.
Rani : ‘Hai, aku baik.’
Fariz : ‘Kamu hapus nomer aku ya?”
Rani : ‘Engga.”
Dan seterusnya, jelas Rani berbohong
tentang yang satu itu. Waktu itu Rani berjanji untuk melupakan Fariz, jadi dia
menghapus nomer Fariz dari Handphonenya. Rani tidak berani mengatakan itu. Jujur
saja Rani takut Fariz kecewa. Rani masih berharap banyak tentang hubungannya
dengan Fariz, jadi dia tetap saja berkomunikasi.
Hingga akhirnya Rani tau, kalau
Fariz waktu itu tidak bisa bertemu dengannya karena dia tidak enak untuk
meminta izin ke orang tua yang rumahnya dia tumpangi. Dan meninggalkannya
selama 1 bulan, karena dia takut kalau Rani marah, justu karena sikap Fariz
yang begini membuat Rani kecewa.
Masalah salah paham pun selesai, dan
akhirnya mereka masih tetap berkomunikasi sampai saat ini, tanpa pernah
bertemu. Rasa suka pun muncul untuk Fariz, Rani kagum dengan apa yang sudah di
raih Fariz, Rani juga suka sikapnya Fariz, tapi dia hanya diam.
Waktu itu, entah kapan Fariz pernah
menelponnya, dan mengatakan kalau Fariz mau Rani jadi pacarnya, tapi tidak
langsung di gubris oleh Rani. Karena Fariz orang pertama yang mengajak Rani
untuk pacaran, Rani bingung dan gugup, tidak tau harus berkata apa-apa, lagipula
mereka belum pernah bertemu.
Fariz beberapa kali menyatakan
perasaannya, tapi tak pernah digubris oleh Rani. Walaupun ia mau tapi dia takut
salah langkah. Akhirnya mereka lebih nyaman tanpa status, Alasan Fariz bilang
seperti itu karena Fariz ingin mereka terus berkomunikasi tanpa ada masalah,
katanya kalau ada ikatan pasti bakal ada kata putus dan pasti akan menjauh., fariz
tidak mau hal ini terjadi.
Tapi diam-diam Rani tetap menyimpan
perasaannya, dia juga masih sering menstalking akun-akun Fariz, setiap
percakapan Fariz dengan orang lain tak lepas dari awasannya apalagi kalau ada
sangkut pautnya dengan perempuan. Dia membacanya dengan serius. Sebenarnya Rani
tau kalau Fariz itu memiliki hubungan dengan teman-teman perempuannya, tapi
Rani tidak tau sedekat apa hubungan mereka.
--o0o—
Setelah beberapa hari setelah itu,
Fariz bilang kalau kondisinya sedang tidak baik, tapi bukan karena sakit. Rani
tanya kenapa? Fariz tidak menjawabnya. Sepertinya
Fariz mempunyai masalahnya sendiri dan mungkin dia tidak mau bercerita. Anehnya
pesan dari Rani tidak dibalas, sedangkan Fariz sering berganti-ganti foto
profil dan status. Akhirnya Rani tau tanpa perlu Fariz cerita, dia sedang jatuh
hati dengan orang lain tapi orang itu tak membalas perasaan Fariz.
Ini sudah kesekian kalinya Rani
patah hati dengannya, mungkin ini terakhir kali. Secara perlahan Rani akan
menjauh, walau itu menyakitkan, karena tak mungkin dia memaksakan perasaannya
kepada orang lain. Rani sadar, hubungan mereka hanyalah hayalan, jauh dari kata
nyata. Rani sudah salah memilih, dia ingat kata-kata ‘cinta itu dipilih, bukan
memilih.’ Rani memang salah, dia akan menjauh dan membenarkan hatinya.
“Tulisan
ini diikutsertakan Giveaway -Pameran Patah Hati-”