Malam ini Fadli dan Rena duduk
dibangku taman menghadap langit yang luas dengan suara kembang api dimana-mana.
Yaps, malam ini adalah malam tahun baru, mereka hanya menikmatinya dari
kejauhan, tempat yang sepi, karena kata Fadli kalau tahun baru ketempat yang
ramai sudah biasa.
Mereka banyak bercerita, dari mulai
perkenalan mereka yang menurut Rena sangat tidak elit. Rena dan Fadli
berkenalan saat ban motor Rena bocor, ketika sampai ditukang tambal ban
ternyata disitu ada Fadli yang ban motornya juga bocor. Karena tukanng tambal
ban yang begitu ramah, dia mengajak mereka berdua untuk mengobrol, dan mereka
pun berkenalan. Emang dasar Fadli yang ramah, dia pun tidak takut meminta nomer
telpon Rena, dan Rena pun memberikannya. Ajaib.
“Waktu itu kamu
kelihatan banget modusnya.” Rena tertawa mengingat kejadian itu.
“Iya, ya aku juga
sadar. Kalau misalnya aku ga minta nomer kamu, sekarang kamu lagi apa ya?”
Tanyanya
“Ehm, mungkin
sekarang aku lagi tiduran dikamar.”
“Atau mungkin kamu
lagi ingat mantan kamu.”
Waktu itu memang Rena masih belum
bisa Move On dari Nanda mantannya. Karena kebetulan itulah yang membuat
Fadli mendekati Rena, pikiran Fadli waktu itu pasti Rena sedang galau
memikirkan mantannya, dia bisa masuk perlahan dan menggatikannya, licik memang.
Tapi, ternyata usahanya membuahkan hasil.
“Kamu licik tau.”
Kata Rena
“Kenapa?”
“Karena kamu
deketin aku saat aku sedang kesepian.”
“Itu namanya
taktik.” Jawab Fadli sambil tersenyum licik
“Hahaha” Rena
tertawa
“Tapi kamu
senengkan?”
“Jangan ditanya,
aku seneeeeeeng bangeeeet.” Kata Rena sambil mengacak-acak rambut Fadli
“Hahaha”
Setelah itu, mereka duduk memandangi
langit yang saat itu sudah warna-warni dengan sejuta kemabang api.
“Udah ganti nih
tahunnya.” Fadli bergumam sendiri
“Iya.”
“Harapan kamu buat
tahun yang baru apa?” Tanya Fadli, tapi dia masih asik memandangi langit
“Ga tau, kalau
kamu?”
“Aku juga ga tau,
tapi yang pasti aku bakal makin sayang sama kamu.” Masih dengan memandangi
langit
Tidak tau serius atau tidak, tapi
sudah cukup membuat Rena senang. Entah mengapa, berada didekat Fadli membuatnya
nyaman, bahkan kalau dia tidak pulang untuk hari ini tak apa-apa, tapi itu sih
menurut Rena saja tidak tau kalau menurut Fadli.
Fadli yang Rena kenal adalah seorang
anak dari Ibu Ratih dan Pak Lukman, yang mempunyai tai lalat kecil didekat
telinga, dan sangat menyayanginya. Rena yang Fadli kenal adalah perempuuan
dengan rambut sebahu, senyumnya manis, dan pandai.
“Kamu serius banget
sih ngeliatnya?” Tanya Rena menyadarkan kekasihnya itu
“Kan jarang-jarang
aku ngeliat kaya ginian.”
“Emang kamu
seringnya ngeliat apaan?”
“Liat senyum kamu,
aku seneng liatnya.”
“Kalau aku ga senyum
lagi gimana?”
“Maksud kamu?” Fadli
yang tadinya melihat langit, langsung melarikan pandangannya ke Rena
“Ga ada maksud kok,
sebegitu takutnya ya ngeliat aku ga senyum?” Senyumnya mengembang, mantra yang
membuat hati Fadli selalu luluh melihatnya
“Kamu tau? Nanti kalau
kamu ga senyum, hidup ku ga bakal lengkap lagi.”
“Hahaha kamu
gombal.”
“Beneran, kamu mau
pulang ga? Udah lama banget nih. Aku kan janji sama ibu balikinnya jam 1.”
“Kamu pikir aku
barang? Lagian aku juga masih betah sama kamu.”
“Ga boleh, kita
harus pulang. Kamu boleh bikin aku ingkar janji sama ibu.”
“Ya udah deh, ayo
pulang.”
Karena sudah janji dengan ibu, Fadli
mengajak Rena pulang. Sebenernya sih, ibu juga pasti mengerti kalau pulang
telat. Tapi memang dasar Fadli. Dia mengendarai motornya lambat sekali, seperti
dia tidak ingin cepat sampai kerumah, dia menikmati setiap perjalanannya,
begitu juga Rena.
Dijalan
semua orang tertawa gembira menyambut pergantian tahun ini, begitu juga Rena. Dia
merasa ingin selalu bersama Fadli, untuk tahun-tahun kedepannya. Entah ada 1000
rintangan didepannya, dia yakin kalau berdua dengan Fadli semua itu bisa
ditaklukan.
Motor
Fadli pun sudah diparkirkan didepan rumah Rena yang sepi, sepertinya Ibu sudah
tidur.
“Makasih ya, aku
seneng.” Ucap Rena setelah turun dari motor
“Makasih kenapa? Aku
kan ga ngasih kamu berlian.”
“Fadli, aku
serius!”
“Hahaha, kamu
galak. Ya udah kamu masuk gih, terus tidur. Bilang sama ibu aku rindu.”
“Kok sama ibu?”’
“Kalau rindu kamu
mah, itu pekerjaan ku.”
“Hahaha, aku masuk
ya. Kamu langsung pulang, kalau dijalan ada perempuan yang godain kamu bilang
kamu sudah milik Rena.” Rena memang tidak mau kehilangan Fadli
“Siap komandan,
kamu masuk gih, aku tugguin disini. Kalau kamu udah masuk aku baru pergi.”
“Daaah.”
Rena masuk kerumah, tapi dia tidak
langsung masuk kamar, melainkan mengintip lewat jendela. Melihat Fadli yang
meninggalkan rumahnya. Lalu dia masuk kemarnya, ganti pakaian, cuci muka, terus
pergi ketempat tidur.
“Selamat tidur
Fadli, aku seneng.” Gumam Rena yang ditutupi bantal
nice post sis
BalasHapusmakasih sis~
Hapuscerita nya bagus
BalasHapusmakasih :)
Hapusbagus, sering posting ya
BalasHapusMakasihhh, iya diusahain..
HapusIni ceritanya fiksi ya? Keren nih ceritanya :))
BalasHapusiya, masih tahap belajar nih :)
Hapus