Besar, Kuat dan Pantang Menyerah Seperti Gajah

Minggu, 08 November 2015

Cerita Sore


            Hujan rintik-rintik sore ini membuat aku tertidur dibis, saat aku hendak pulang dari kampus ke rumah. Walaupun bis ini dalam keadaan penuh tapi terasa hening sekali, karena semuanya sedang melakukan kegiatannya masing-masing ada yang sedang memainkan handphonenya, medengarkan musik, bahkan tidur sepertiku. Untung ada seorang pengamen kecil yang bernyanyi, menyelamatkan bis ini dari kesunyian,  lantunan suara pengamen dengan gitar kecilnya, ditambah dengan suara rintikan hujan yang merdu membuat aku tenggelam dalam tidur.
            Ketika sampai dihalte, bis yang aku tumpangi berhenti untuk menaikan penumpang. Aku terbangun karena suaranya lumayan gaduh berbeda dengan tadi. Banyak juga penumpang yang naik, sehingga menambah kepadatannya. Aku mengambil handphone serta earphone, niatnya aku hendak melanjutkan tidur dengan mendengar lagu dari handphone.
            Tidak beberapa lama aku sudah memejamkan mata, tapi ada seseorang yang menyenggol ku dan duduk dibangku samping sebelahku. Seorang laki-laki dengan perawakan yang cukup tinggi, rambut dan bajunya basah, sepertinya dia seumuran denganku.
“mba saya boleh duduk disini kan?” tanyanya dengan senyum
“duduk aja mas.” Jawabku singkat, ku perhatikan dia manis juga, dia duduk memandang kedepan, tasnya yang besar dipangku.
“mbanya turun dimana?” Sepertinya dia orang yang ramah.
“saya nanti turun diterminal, mas turun dimana?”
“saya juga nanti turun diterminal.” hening tak ada pertanyaan lagi, mungkin dia merasa tidak nyaman dengan sikapku.
            Bis berhenti dihalte selanjutnya, untuk menurukan dan mengambil penumpang. Saat menaikan penumpang ada seorang nenek naik dan berdiri disamping laki-laki itu, tiba-tiba dia berdiri dan menawarkan kursinya untuk diduduki oleh si nenek. Seketika aku berpikir, masih ada juga orang seperti itu dizaman sekarang yang masih merelakan bangkunya diberikan kepada orang tua, aku salut kepada laki-laki itu.
            Nenek itu pun duduk disebelahku, dia mengobrol dengan laki-laki itu bagai seorang cucu dan neneknya terlihat hangat. Nenek itu mengajakku untuk bergabung juga dengan obrolan mereka. Mulai dari hal politik, ekonomi, bahkan sampai artis-artis indonesia. Dia berbicara dengan senyumnya, kurasa dia juga pintar. Sehingga kami lumayan bising ditengah-tengah orang yang sedang tertidur dibis ini.

            Setelah obrolah yang ‘berat’, kami sampai juga di stasiun. Ternyata tujuan kami berbeda-beda, setelah berpamitan aku turun dari bis dan berpisah dengan nenek itu, dan si laki-laki yang serba tau.
6

6 komentar:

  1. pertemuan yang ruar biasa bareng si nenek. Semoga nanti bisa ketemu sama si nenek lagi :D

    BalasHapus
  2. itulah alesan kenapa gue males naik bis, soalnya kalo ada ibu - ibu berdiri, alangkah nggak enaknya kita yang cowok untuk duduk dengan santai, hahah, sisi dibalik cowok yang males naek bus ~

    Salam kenal ya
    fajarumbi.blogspot.com

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal juga comic :)

      yah padahal keren buat pencitraan didepan orang yang disuka. *apadah gua?*

      Hapus

Jangan lupa komentarnya ya, pembaca yang baik itu yang meninggalkan jejak loh. Nanti aku anggep yang ga ninggalin jejak ngefans sama aku, mau?