Hai, Bersama Raya muncul lagi setelah menghilang beberapa minggu. Setiap cerpen disini aku bikinnya udah dengan maksimal banget, tapi emang kemampuan aku aja yang kurang. Jadi, aku mau lanjutin Bersama Raya terus, sekalian buat belajar. Walaupun banyak yang salah aku harap kalian suka, selamat membaca! Yang sebelumnya ada disini.
6. Kencan Pertama
Pekan
ujian pun tiba, semua siswa sibuk belajar semampunya. Iya semampunya, soalnya
pasti nanti ada aja soal yang tidak dimengerti dan mungkin teman akan membantu.
Begitu juga dengan aku, aku sudah belajar semampunya urusan bisa atau tidak,
semua tergantung pada posisi duduk dan pengawas. Kamu mengerti maksudku kan?
Tapi aku harap kamu jangan ikut seperti ini ya.
Disekolah,
biasanya kalau sudah ujian semester duduknya suka digabung dengan kakak kelas
atau adik kelas. Karena aku kelas 10, jadi pasti akan disatukan dengan kakak
kelas, tidak tau kelas 11 atau 12. Aku masuk ke ruangan 16, di sana sudah
terlihat banyak orang. Ada yang berkelompok, ada yang sendiri tapi topik mereka
sama semua. Yups, pelajaran!
Aku
duduk dibangku kedua dari belakang, cukup strategis juga pikirku.Tapi kakak
kelas yang duduk di samping ku belum dateng. Aku takut juga, takutnya nanti
yang duduk di sebelah ku galak, atau kalau engga dia nyebelin.
Aku
liat Kak Raya memasuki ruangan, dan berjalan ke arah meja ku. Wajahnya terlihat
bahagia, senyumnya mengembang. Tunggu dulu, aku duduk dengan anak kelas 11 IPS
3, ini kelas Kak Raya. Apa mungkin aku semeja dengan dia? Dan benar ternyata dia
duduk disebelah ku. Aku dapat yang menyebalkan! Dia duduk di kursinya, melihat
ku lalu tersenyum.
“Hai ai! Wah keren
ya sekolah menyatukan kita.” Dia duduk dikursinya, memajukan duduknya hingga
dekat dengan meja, melipat tangannya di atas meja, lalu kepalanya bersender
ditangannya memandang ku.
“Huuhhhh...” Aku
menarik napas panjang, “Kak aku mohon, selama seminggu ke depan bersikap biasa
saja ya. Jangan bersikap aneh, atau nanti aku ga mau ngobrol.”
“Seperti kamu yang
biasanya, tetep galak.” Ucapnya, “Aku usahain kamu senyaman mungkin duduk
dengan ku.”
“Oke.”
Bel berbunyi, tanda ulangan akan
dimulai. Pelajaran pertama pendidikan agama, aku mengeluarkan tempat pensil
pemberian Kak Raya. Dia melihat ku dengan tatapan ‘Hei, kamu suka ya dengan
pemberian ku.’ Aku tidak mau menggapinya, aku membagikan soal kebelakang.
Sampai bel habis, aku mengumpulkannya. Aku lancar mengerjakannya, Kak Raya juga
sama. Waktunya istiahat, Kak Raya mengajak ku ke kantin.
“Kantin yuk ai,
jajan.”
“Ayo.” Aku
menerima ajakannya, kebetulan aku lapar.
Sesampainya di kantin dia duduk dan
memesan es jeruk, 2 tentunya untuk ku juga. “Ai, kamu mau bakso pakde Ndut?”
“Ga ah ka, libur
dulu.”
“Tumben, jajan
biasa aya yaa? Kamu mau apa?”
“Aku mau somay,
mau nitip?”
“Aku aja yang
beli.”
“Aku aja, pesanan
untuk ku hanya aku yang mengerti.”
“Aku ikut.”
“Engga di sini
aja, jagain tempat duduk nanti diambil orang.”
“Oke, aku nitip
ya.”
“Apa aja?”
“Sama kaya kamu.”
Aku berlalu, membeli somay. Butuh
pengorbanan untuk membelinya, karena kantin rame sekali. Dan tak sampai
beberapa menit aku dapat yang aku inginkan, kebetulan postur ku kecil jadi
gampang nyelip hehehe.
“Nih”
“Makasih”
“Yo sama-sama”
“Pesenan kamu enak
ai.”
“Halah lebay,
emang rasanya aja kaya gini.”
“Emang iya ya? Aku
mah ngerasain ada rasa spesial, soalnya yang beli kamu.”
“Sekali lagi kaya
gitu, aku tinggal loh ka.”
“Hehehehe iya
ampun.” Katanya, “Tempat pensil dari aku kamu pake.”
“Iya hehehe,
bagus, makasih Kak.”
Setelah selesai, bel masuk berbunyi.
Waktunya pelajaran kedua, matematika. WOW aku excited, tapi bohong. Guru masuk ke ruangan dan memberikan soal
yang sangat tidak aku tunggu-tunggu. Aku mentok, kepala ku rasanya ingin
meledak, deretan angka dan huruf yang kalau dilihat ibarat tulisan anak alay. Aku
pusing! Aku sibuk tengak-tengok kanan-kiri secara perlahan agar tidak mencuri
perhatian pengawas.
Aku melihat Kak Raya, dia masih
sibuk bergelut dengan soalnya. Tapi tunggu, wajahnya tidak mengeluarkan ekspresi
seperti ku. Dia santai saja mengerjakan soalnya dengan baik, orang seperti apa
dia. Dari 10 soal essay aku hanya bisa mengerjakan 3 soal, bahkan kalau dilihat
nilai ku kurang dari setengahnya. Aku berusaha memanggil Dewo, ya bisa dibilang
otak Dewo dipelajaran ini ada di atas ku.
“Dewoooo...” Aku
memanggilnya secara berbisik, bukannya Dewo yang nengok malah Kak Raya. Dia memelototiku.
Apa sih dia itu? Tidak tau apa nilai MTK ku terancam kalau dia seperti itu.
Dia mengisyaratkan untuk melihat kertas
coret-coretannya yang tadi diberikan guru, aku melihatnya, disitu tertulis. “Ai
diam, nanti aku bantu kamu ngerjain. Jangan panggil si Dewo-Dewo itu.” Aku
hanya bisa diam menunggunya, selesai mengerjakan ujiannya itu.
Tangan kiri ku menopang dagu, sementara
tangan kanan ku pura-pura menulis agar tidak diomeli guru. Tiba-tiba Kak Raya
mendorong tangan ku yang sedang menopang dagu, aku ingin marah tapi mau gimana
dia kan mau membantuku.
“Mana soalnya ai?”
Dia berbisik. Kamu harus tau, ruangan ini sangat sepi, tidak ada yang bersuara,
hanya ada suara kresek-kresek orang menulis.
Aku memberinya soal, dia langsung
mengambil dan mengerjakannya. “Jangan asal-asalan ya Kak.”
Ku lihat dia, kelihatannya dia tau
soal-soal itu. Dia sigap mengerjakannya, seperti orang yang tau dan paham. Aku
percaya saja padanya, tidak mungkin dia mau menjebakku. Satu persatu soal dia
kerjakan dengan baik, dan setiap dia telah selesai langsung meberikan jawabnnya
padaku, dan aku menyalinnya. Hingga sampai soal terakhir, dan selesai.
“Hai Kak, makasih
ya sudah membantuku.” Ucapku lagi-lagi
dengan berbisik dan dia menjawabnya dengan senyuman, manis.
Waktunya dikumpulin, akhirnya MTK
sudah terlewati dan waktunya pulang hohoho.. Kak Raya berdiri, merapihkan
tasnya.
“Kamu pulang bareng
aku yaa.”
“Enggah ah ka,
makasih.”
“Aku maksa, anggep
aja ucapan terima kasih kamu karena aku udah ngerjain soal kamu tadi.”
“Shuttt, iya iya
ayo pulang.” Aku menaruh terlunjuk di depan bibir, lalu menariknya keluar dari
kelas. “Jangan kenceng-kenceng dong ngomongnya, malu-maluin tau.”
“Maaf ai.”
Aku pulang diantar Kak Raya untuk
pertama kalinya, dan kedua kalinya aku dibonceng Kak Raya. Kali ini dia membawa
motornya dengan kecepatan yang rendah, tidak seperti waktu itu.
“Kamu kalau ada
apa-apa minta tolongnya ke aku aja.” Katanya ditengah bisingnya jalan.
“Apa Kak?”
“KAMU KALAU ADA
APA-APA MINTA TOLONG KE AKU AJA.” Katanya teriak.
“Oh, iya-iya
makasih.” Aku kayanya budek juga deh.
“Rumah kamu yang
mana ai?”
“Itu di depan,
yang warna pagernya hitam.”
“Oke.”
Akhirnya sampai depan rumah, saat
aku turun Kak Damar keluar dari rumah. “Eh rin, pulang sama siapa?” Tanya Kak
Damar, sebelum Kak Raya membuka helmnya. “Oh lu Ray.”
“Hehehe, kaga
kuliah lu bang?” Tanya Kak Raya
“Engga, libur,
masuk dulu sini ray, panas kan di luar?”
“Engga Kak, dia
mau pulang cepet-cepet, tadi bilang sama aku. Iya kan Kak Raya?” Kata ku panik.
“Kamu bohong ai,
aku kan ga bilang gitu sama kamu.” Jawab Kak Raya pelan.
“Airin, ga ada
yang ngajarin kamu bohong.” Kata Kak Damar marah.
“Ya udah gua balik
dulu ya bang, ai aku pulang.”
“Mampir sini ray!”
“Engga deh bang,
makasih.”
“Kak Raya, maafin
aku.” Kata ku menyesal.
“Iya gapapa kok.”
“Kak bentar.” Aku
masuk ke dalam rumah, salim dengan Ibu menaro tas di kamar, lalu balik lagi ke
depan. “Kak, aku ikut.”
“Ngapain?”
“Temenin aku
bentar ya?” Aku jalan ke arahnya, dia mengangguk, aku langsung naik ke atas
motornya lagi. “Kak Damar, aku pergi dulu ya.”
“Yeee bocah,
bukannya dari tadi, nyusahin orang aja.”
“Gapapa sih bang.”
Kak Raya menjalankan motornya, tapi
aku tau dia pasti bingung deh mau kemana. Aku suruh dia minggir dulu, mau
ngejelasin “Kak Maaf ya tadi, oh iya kita jalan-jalan yuk?”
“Kemana?”
“Ga tau sih,
terserah aja. Anggep aja ini ucapan terima kasih aku gara-gara tadi kamu udah
bantuin aku.”
“Kalau aku
nganggepnya ini kencan pertama kita gimana?”
“Ehm, gimana
yaaaa? Terserah aja dehhhh...”
“Oke, kita ke Mall
Kenanga aja ya nonton, kebetulan ada film yang mau aku tonton.”
“Film apa?”
“Batman vs
Superman.”
“Ayo nonton,
banyak yang bilang itu seru. Aku batman yaaaaa...”
“Aku sih aturan.”
“Aku.”
“Ya udah, aku
ngalah, itu kamu deh.”
“Okeeee... Ayo
jalan Kak, panas tau”
--o0o--
Sesampainya di bioskop aku duduk
menunggu Kak Raya membeli tiket, ternyata rame juga yang nonton ya. Aku harap
kita kebagian tiket, Kak Raya berjalan ke arah ku, wajahnya menunjukan rasa
kecewa.
“Ai, tiket yang
buat jam 3 abis.”
“Yahhhh.. gimana
dong ka? Kalau ngambil yang jam 5 ke sorean. Aku tadi bilangnya kan Cuma
sebentar sama Kak Damar.”
“Ya udah kita ga
usah nonton deh, jalan-jalan aja ya?”
“Iya deh, mau
kemana?”
“Makan yuk, kamu
laper ga?”
“Lapeeeeeer
banget.”
“Mau kemana?”
“Terserah deh
Kak.”
“Kita ke tempat
biasa aku makan aja ya?”
“Iya.”
Motor yang kami naiki keluar dari
parkiran Mall Kenanga, berjalan ke arah utara, dan berhenti disebuah kafé .
Lumayan rame juga, banyak anak seumuran ku berada di sana. Aku yakin pasti
tempat ini murah, dan pasti wifi-nya kenceng. Soalnya aku dan temen-temen ku
kalau nyari tempat yang seperti ini.
Aku berjalan di belakang Kak Raya,
sepertinya dia sudah sering ke sini. Soalnya hampir semua orang yang dia lihat
pasti dikenalnya. Ada seorang perempuan ku kira lebih muda dari ku, dia nyamperin
Kak Raya dengan nada yang manja.
“Hei Kak, kok udah
lama ga kesini sih?” Tanya perempuan itu dengan suara manja yang dibuat-buat.
“Hehehe maaf ya,
aku lagi sibuk sama sekolahan nih.” Kak Raya juga sepertinya sudah terbiasa
dengannya.
“Terus ini siapa?”
Matanya melirik ke arah ku, lumayan sinis juga.
“Kenalin aku
Airin, tem-“
“Pacar ku.” Katanya
ngasal, “Aku duduk di sana ya.” Lalu menarik tangan ku.
Tempat kami duduk sekarang terletak
di pinggir jendela yang mengarah ke jalan, dari sini semua yang ada di luar
jendela terlihat jelas. Ornamen-ornamen kapur yang ditulis-tulis juga memenuhi
tempat ini, tempat yang bagus.
“Hei ai.”
“Ya, ada apa?”
“Jangan bengong
aja.” Kak Raya megambil menu yang ada di pinggir meja “Tadi itu Maura, saudara
sepupu ku.”
“Oh..” Jawab ku
ringan, “Oh iya, apa maksud kamu bilang kalau kita pacaran?”
“Ga ada maksud
nanti juga gitu.”
“Terserah”
“Jadi kamu mau
makan apa?”
“Aku mau... Tiap
makanan yang kamu pesen dikaliin 2 aja ya.”
“Yeee, kirain mau
pesen apaan.”
“Hehehe aku ga
ngerti Kak.”
Makanan datang,gila ini sih bukan
makanan buat 2 orang, tapi buat 1 kampung! Ada berbagai macam makanan tersedia
di meja.
“Hey ka, ini kamu
yang bener aja? Ini mah makanan buat 1 kampung bukan buat 2 orang.”
“Aku makannya
banyak loh, terus kan kamu bilang apa yang aku pesen dikali 2.”
“Tapi ga gini-“
“Udah makan aja
ai, kamu gendut juga aku tetep suka.”
Apa-apaan sih dia? Kamu harus tau,
meja ini penuh dengan makanan. Ada ayam, kepiting, mie, sayur, sekalinya ini
makanan untuk 2 orang mungkin cukup untuk 2 hari. Kak Raya mulai memakan
makanannya, baru kali ini aku jalan dengan laki-laki hanya berdua. Biasanya
kalau bukan bareng-bareng sih tidak pernah, buat kamu yang tanya aku udah
pacaran atau belum, aku jawab belum. Puas?
Dan ternyata benar, dia makannya
banyak juga. Padahal kalau di sekolah dia makannya tidak sampai sebanyak ini, aku
melihatnya ingin tertawa.
“Pelan-pelan Kak.”
“Hehehehe maaf,
maaf ai. Aku laper, kamu juga makannya harus kaya aku dong. Ulangan matematika
tadi di sekolah cukup membuat ku laper.”
“Iya ya, tadi kamu
harus ngerjain 2 soal, gara-gara orang yang di depan kamu sekarang bodoh
banget, sampai-sampai ga bisa ngerjain dan nyusahin kamu.” Aku tertawa.
“Siapa yang bilang
kamu bodoh? Mau aku tonjok ya orangnya. Kamu ga bodoh kok, orangkan punya
kekurangan masing-masing.”
“ Ya mungkin itu
salah satu dari kekurangan ku. Terus kalau gitu kekurangan kamu apa Kak? Kamu
jago main basket dan olahraga-olahraga lain, pinter, ya ku akui kamu juga
ganteng, baik, ramah, jadi apa kekurangan kamu?” Kata ku, sendok yang tadi aku
pegang ku taro, lalu menopang dagu melihat ke arahnya.
“Kamu berlebihan
menilai, aku ga sebagus itu kok. Aku masih suka nyontek kalau pelajaran
sejarah, aku suka ngupil dan meper ke bawah meja kalau kamu izinin, aku bisa
marah besar kalau ada yang menggangu kamu, aku orang yang sangat pemalas.”
Jelasnya tangannya bergerak-gerak di udara saat menjelaskan.
“Hahaha itu sih
normal Kak.”
“Kamu lebih normal
dibanding aku.”
“Iyalah, aku masih
mending ga suka ngupil terus meperin dibawah meja, aku mah langsung aku buang
gitu aja.”
“Samanyaaa...”
“Seenganya aku ga
ngejebak orang lain.”
“Iya, iya kamu
lebih keren dibanding aku.”
“Iyalaaaaahhh...”
“Makanya aku suka
kamu, tapi aku ga suka kalau kamu deket sama Dewo. Aku cemburu!”
“Emang kenapa?
Padahal biasa aja loh.”
“Dewo tuh orangnya
kalau diliat-liat sama kaya aku, dia bakal gangguin kamu supaya kamu bisa deket
sama dia.”
“Tapi dia lebih
normal dari kamu. Tunggu, jadi kamu gangguin aku itu strategi biar aku deket
sama kamu?”
“Iyalah ngedeketin
cewek segalak kamu harus pake strategi tau!”
“Terus nanti kalau
aku udah ga galak kamu ilangin strategi itu?”
“Kalau udah kaya
gitu beda strategi, aku bakal buat kamu juga suka sama aku hahaha..”
“Makan aja yuk aku
laper.” Aku kembali mengambil sendok yang tadi aku taro dan memakan makananku
kembali dengan gaya Kak Raya.
“Itu gaya makan
ku, jangan ngikutin.” Katanya, kembali ke posisi makannya.
“Aku laper, butuh
asupan gizi yang banyak buat jadi galak. Galak juga butuh energi tau!”
“Oke, kita
balapan.”
“Siapa takut?”
Aku dan Kak Raya, sibuk memakan
makanan sebanyak itu dengan gaya seorang kuli yang tidak makan seminggu.
Berantakan parah. Beberapa menit kemudian, hampir semua piring yang ada sudah
lenyap. (Bukan piringnya, makanannya tapi yaaa) Kenyang banget, dan seneng
banget.
Untung tempat pilihan Kak Raya tidak
terlalu ramai, berbeda dengan tempat yang lain. Kalau ramai mungkin aku keluar
kafé ini menggunakan sarung yang menutupi satu muka, sumpah ini malu banget.
“Kalau aku makan
kaya tadi kamu ilfeel ga?” Tanyaku sambil merapihkan mulut.
“Enggalah, justru
aku seneng aku punya temen.”
“Jelek kok
ngajak-ngajak?”
“Aku ngajak kamu
ini, kamu kan ga bisa jelek ai.”
“Bodo amat Kak.”
Selesai makan, aku mengajak Kak Raya
pulang soalnya jam sudah menunjukan pukul setengah enam. Langit sudah gelap,
jalan sudah mulai ramai dipenuhi dengan para pekerja yang baru pulang, dan kafé
ini tentu makin rame.
Aku duduk di jok belakang, lagi-lagi
Kak Raya membawa motornya pelan. Mungkin ini efek kekenyagan, maat jadi
ngantuk. Suara adzan maghrib sudah mulai terdengar berkumandang, menandakan
gelap akan datang. Motor memasuki komplek, menuju rumah dengan pager bercat
hitam. Sampai rumah juga akhirnya. Aku turun.
“Sampai juga.”
Ucap ku
“Iya, kamu belajar
ya, inget besok masih ulangan. Jangan tidur dulu pokoknya!”
“Iyaaaaa Kak,
makasih ya.”
“Sama-sama, aku
pulang dulu ya, kamu masuk gih aku tungguin.”
“Hati-hati kak,
dah”
Aku membuka pintu pagar dan masuk
kedalam. Terdengar suara motor pergi meninggalka rumah. Di ruang keluarga ada
Kak Damar dan Ibu sedang menonton televisi. Pasti mereka nunggu ayah pulang.
“Kalau udah jadian
bawa ke rumah lah rin.” Ledek Kak Damar
“Iya nih, Airin
kok gitu sih rahasia-rahasia.” Ibu ikut menimpali
“Ibuuuuu, kok
ikut-ikutan Kak Damar sih? Udah ah, aku ke kamar dulu yaa..”
Aku segera mandi, dan tak lupa untuk
belajar. Siap-siap untuk ulangan besok, jangan sampai malu lagi di depan Kak
Raya.
--o0o--
Ciee ciee kak Raya, kemarin aku udah baca cerita yang satunya.
BalasHapusSerius kalian makannya kalap kayak kuli? untung ya sepi, coba kalau rame pasti malu :)
Itu ibu ikutan godain juga hahahhaa Kak Damarnya lucu, minta Raya datang
Wahh makasih loh kak udah bacaa :))
HapusHahaha kak Raya mah emang gitu, biarin ajaaa..
Itu sebenernya si ka Raya bawa motor pelan bukan efek kekenyangan terus jadi ngantuk. Tapi dia pengen lama-lama, biar bisa berdua. Wkwkwk :D
BalasHapusSering ya? wkwkwk
HapusNad, mengenai tulisan udah Pange jelasin. Jadi, mengenai isi lagi yg belum. XD
BalasHapusOKe, makin ke sini Kak Raya agak terkesan maksa banget biar jadi Pacar Ai. Tapi, Ainya gak mau sampe ngerasa gitu. Duh.. pertikain hati yang panjang ini.
Belum lagi Ibu dan Damar ikut-ikutan ngeciyein Ai.. Lengkap deh... Keknya Endingnya bisa dibua twees nih. :D Ditunggu kelanjutannya Nad.
Oke makasih pange atas penjelasan tulisannya hihihi :D
HapusKelanjutan ya? masih dipikirin nih.
Gemas liat di(tempat) digabung #malahngomenintypo
BalasHapusGue belum baca cerita sebelumnya tapi kayaknya si Ai ini bohongin perasaamnya sendiri gak sih? Sedangkan si Raya kepedean, muehehe.
#makasihkomenantyponya
Hapusiya kira-kira sih gitu wkwk
Ini kak Raya yang agresif buat ngedeketin Airin apa Airinnya yang gak peka sama kak Raya, kak Raya udah ngasih kode-kode banyak banget lho kek kode ujian gitu.
BalasHapusBayangin cerita gini rasanya gampang banget ya, tapi di kehidupan nyata gak segampang ini. Pas ujian bisa dapet kakak kelas keren yang pinter eh di kehidupan nyata malah kebalikannya. Ya udah deh ditunggu updatenya, btw kalau kata "di" yang menunjukan tempat itu dipisah kek "di sekolah" gitu.
Ga tau saya juga apa jalan pikiran mereka.
HapusIya, sampe bisa dapetin kakak kelas yg keren dan pinter duduk di sebelah aja udah bersyukur banget hehe :D Siap-siap, makasih infonya XD
aku juga jadi malu baca cerita tentang kak raya.. hihihi.. betewe skrang masih sekolah ya? *dasar kepo -___-
BalasHapusJangan gitu nanti kak raya jadi malu, udah lulus donggg..
Hapussip
BalasHapusKayak sinetron plus ftv. Pas lagi ujian bisa duduk bareng gitu, hanya ada di ftv... wkwk
BalasHapusSelain itu kak raya pinter bgt plus baik ya. Mau2nya bantuin ngerjain. Di tunggu kelanjutannya deh ya..
Pokoknya ini ftv banget deh. Hehe
Beneran kok, kenyataan kalau ulangan semester duduknya sama kakak kelas.
HapusOkee, nanti ga terlalu ftv wkwkw
Cihiiiir Ai sama Rayaaaa ihiiiy :p wkwkwk :D
BalasHapusKenapaaa?
HapusTata tulisnya banyak yang kurang pas, bikin gatel pengen ngebenerin, hehe
BalasHapusBtw, gue belum baca cerita selanjutnya.. kalo buat ditulis di blog, gue rasa postingan ini terlalu panjang. Jarang ada yang betah baca tulisan blog panjang2..
Untuk dialognya kalo bisa jangan dijembreng gitu, kayak jadi drama jatuhnya. Panjang banget ke bawah.
Btw, bisa nulis sepanjang ini udah keren banget. Makin kesini pasti makin cihuy tulisannya.. semangat~
Hehehe banyak yg kurang yaaa?
HapusSiap- siap nanti diperbaikii.
Makasih bang edotz.
Raya ini cowok ya? kirain seorang cewek :D
BalasHapusBanyak yg ngira gitu emang :(
Hapus