Besar, Kuat dan Pantang Menyerah Seperti Gajah

Kamis, 31 Desember 2015

Kembang Api Kebahagiaan


            Malam ini Fadli dan Rena duduk dibangku taman menghadap langit yang luas dengan suara kembang api dimana-mana. Yaps, malam ini adalah malam tahun baru, mereka hanya menikmatinya dari kejauhan, tempat yang sepi, karena kata Fadli kalau tahun baru ketempat yang ramai sudah biasa.
            Mereka banyak bercerita, dari mulai perkenalan mereka yang menurut Rena sangat tidak elit. Rena dan Fadli berkenalan saat ban motor Rena bocor, ketika sampai ditukang tambal ban ternyata disitu ada Fadli yang ban motornya juga bocor. Karena tukanng tambal ban yang begitu ramah, dia mengajak mereka berdua untuk mengobrol, dan mereka pun berkenalan. Emang dasar Fadli yang ramah, dia pun tidak takut meminta nomer telpon Rena, dan Rena pun memberikannya. Ajaib.
“Waktu itu kamu kelihatan banget modusnya.” Rena tertawa mengingat kejadian itu.
“Iya, ya aku juga sadar. Kalau misalnya aku ga minta nomer kamu, sekarang kamu lagi apa ya?” Tanyanya
“Ehm, mungkin sekarang aku lagi tiduran dikamar.”
“Atau mungkin kamu lagi ingat mantan kamu.”
            Waktu itu memang Rena masih belum bisa Move On dari Nanda mantannya. Karena kebetulan itulah yang membuat Fadli mendekati Rena, pikiran Fadli waktu itu pasti Rena sedang galau memikirkan mantannya, dia bisa masuk perlahan dan menggatikannya, licik memang. Tapi, ternyata usahanya membuahkan hasil.
“Kamu licik tau.” Kata Rena
“Kenapa?”
“Karena kamu deketin aku saat aku sedang kesepian.”
“Itu namanya taktik.” Jawab Fadli sambil tersenyum licik
“Hahaha” Rena tertawa
“Tapi kamu senengkan?”
“Jangan ditanya, aku seneeeeeeng bangeeeet.” Kata Rena sambil mengacak-acak rambut Fadli
“Hahaha”
            Setelah itu, mereka duduk memandangi langit yang saat itu sudah warna-warni dengan sejuta kemabang api.
“Udah ganti nih tahunnya.” Fadli bergumam sendiri
“Iya.”
“Harapan kamu buat tahun yang baru apa?” Tanya Fadli, tapi dia masih asik memandangi langit
“Ga tau, kalau kamu?”
“Aku juga ga tau, tapi yang pasti aku bakal makin sayang sama kamu.” Masih dengan memandangi langit
            Tidak tau serius atau tidak, tapi sudah cukup membuat Rena senang. Entah mengapa, berada didekat Fadli membuatnya nyaman, bahkan kalau dia tidak pulang untuk hari ini tak apa-apa, tapi itu sih menurut Rena saja tidak tau kalau menurut Fadli.
            Fadli yang Rena kenal adalah seorang anak dari Ibu Ratih dan Pak Lukman, yang mempunyai tai lalat kecil didekat telinga, dan sangat menyayanginya. Rena yang Fadli kenal adalah perempuuan dengan rambut sebahu, senyumnya manis, dan pandai.
“Kamu serius banget sih ngeliatnya?” Tanya Rena menyadarkan kekasihnya itu
“Kan jarang-jarang aku ngeliat kaya ginian.”
“Emang kamu seringnya ngeliat apaan?”
“Liat senyum kamu, aku seneng liatnya.”
“Kalau aku ga senyum lagi gimana?”
“Maksud kamu?” Fadli yang tadinya melihat langit, langsung melarikan pandangannya ke Rena
“Ga ada maksud kok, sebegitu takutnya ya ngeliat aku ga senyum?” Senyumnya mengembang, mantra yang membuat hati Fadli selalu luluh melihatnya
“Kamu tau? Nanti kalau kamu ga senyum, hidup ku ga bakal lengkap lagi.”
“Hahaha kamu gombal.”
“Beneran, kamu mau pulang ga? Udah lama banget nih. Aku kan janji sama ibu balikinnya jam 1.”
“Kamu pikir aku barang? Lagian aku juga masih betah sama kamu.”
“Ga boleh, kita harus pulang. Kamu boleh bikin aku ingkar janji sama ibu.”
“Ya udah deh, ayo pulang.”
            Karena sudah janji dengan ibu, Fadli mengajak Rena pulang. Sebenernya sih, ibu juga pasti mengerti kalau pulang telat. Tapi memang dasar Fadli. Dia mengendarai motornya lambat sekali, seperti dia tidak ingin cepat sampai kerumah, dia menikmati setiap perjalanannya, begitu juga Rena.
Dijalan semua orang tertawa gembira menyambut pergantian tahun ini, begitu juga Rena. Dia merasa ingin selalu bersama Fadli, untuk tahun-tahun kedepannya. Entah ada 1000 rintangan didepannya, dia yakin kalau berdua dengan Fadli semua itu bisa ditaklukan.
Motor Fadli pun sudah diparkirkan didepan rumah Rena yang sepi, sepertinya Ibu sudah tidur.
“Makasih ya, aku seneng.” Ucap Rena setelah turun dari motor
“Makasih kenapa? Aku kan ga ngasih kamu berlian.”
“Fadli, aku serius!”
“Hahaha, kamu galak. Ya udah kamu masuk gih, terus tidur. Bilang sama ibu aku rindu.”
“Kok sama ibu?”’
“Kalau rindu kamu mah, itu pekerjaan ku.”
“Hahaha, aku masuk ya. Kamu langsung pulang, kalau dijalan ada perempuan yang godain kamu bilang kamu sudah milik Rena.” Rena memang tidak mau kehilangan Fadli
“Siap komandan, kamu masuk gih, aku tugguin disini. Kalau kamu udah masuk aku baru pergi.”
“Daaah.”
            Rena masuk kerumah, tapi dia tidak langsung masuk kamar, melainkan mengintip lewat jendela. Melihat Fadli yang meninggalkan rumahnya. Lalu dia masuk kemarnya, ganti pakaian, cuci muka, terus pergi ketempat tidur.

“Selamat tidur Fadli, aku seneng.” Gumam Rena yang ditutupi bantal
8

8 komentar:

Jangan lupa komentarnya ya, pembaca yang baik itu yang meninggalkan jejak loh. Nanti aku anggep yang ga ninggalin jejak ngefans sama aku, mau?